Johann
Heinrich von Thünen adalah ekonom terkemuka abad 19 yang membuat model dasar
hubungan antara pasar, produk dan jarak pertama kali. Von Thunen mengembangkan
teorinya berdasarkan tempat tinggalnya, dan beliau menyimpulkan 7 asumsi teori
pertanian berdasarkan hasil laboratoriumnya sebelum era industrialisasi.
1.
Terdapat suatu daerah yang merupakan
satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian
(Isolated Stated).
2.
Daerah perkotaan hanya menjual
kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak menerima penjualan hasil pertanian
dari daerah lain (Single Market).
3.
Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan
produksinya ke perkotaan, tidak ke daerah lain (Single Destination).
4.
Daerah pedalaman atau kota mempunyai
ciri yang sama (homogen) dengan kondisi geografis kota itu sendiri.
5.
Petani akan menanam tanaman yang
dapat memberi manfaat dan profit maksimum. Jenis tanaman yang ditanam rata-rata
mengikuti permintaan yang ada (Maximum Oriented).
6.
Pada waktu itu hanya ada angkutan
berupa gerobak yang ditarik oleh kuda (One Moda Transportation).
7.
Biaya transportasi berbanding lurus
dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya transportasi ditanggung oleh petani
(Equidistant).
Von thunen mengembangkan teori
ekonomi spasial yang dihubungkan dengan teori sewa tanah. Beliau mengembangkan
teori dasar konsep marginal produktivitas secara matematis, dan menyusun rumus
seperti berikut.
R = Y
(p − c) – Y F m
Keterangan
R=sewa
tanah;
Y=hasil
per unit tanah;
c=pengeluaran produksi per unit
komoditas;
p=harga
pasar per unit komoditas;
F=harga
pengangkutan;
m=jarak
ke pasar.
Hasil pengamatan dari ketujuh asumsi
diatas menunjukkan petani akan memperoleh keuntungan maksimal ketika menyewa
lahan yang dekat dengan pasar, namun harga sewa lahan dekat kota lebih mahal
daripada lahan di pedalaman karena harga lahan dekat dengan pusat pasar tidak
memerlukan biaya transportasi yang mahal. Sehingga kesimpulannya semakin lokasi
dekat dengan pusat pasar maka semakin tinggi harga sewa atau harga jualnya.
Penggunaan teknologi modern yang
berkembang saat ini menjadikan teori Von Thunen menjadi kurang relevan. Contoh
kekurangan teori Von Thunen ialah:
1.
Kemajuan transportasi dapat
menghemat banyak waktu dan biaya;
2.
Ada beberapa daerah yang tidak hanya
memiliki 1 merket center saja, tetapi juga 2 market center;
3.
Adanya berbagai bentuk pengawetan,
sehingga mencegah resiko busuk pada pengiriman jarak jauh;
4.
Kondisi topografis setiap daerah
berbeda-beda, sehingga hasil pertanian yang akan dihasilkanpun akan berbeda;
5.
Negara industri mampu membentuk
kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada kota;
6.
Antara produksi dan konsumsi telah
terbentuk usaha bersama menyangkut pemasarannya.
Inti dari teori Von Thunen adalah
bahwa sewa lahan akan memiliki harga yang berbeda, tergantung dengan tata guna
lahannya. Dengan adanya perkembangan teknologi modern maka para petani yang
tidak memiliki lahan di pusat kota akan tetap memperoleh hasil yang maksimal